Pipit Puji Lestari
Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran


Abstrak

Museum didirikan dengan tujuan utama melestarikan warisan budaya, bukan hanya melestarikan fisik benda-benda warisan budaya, tetapi juga melestarikan makna yang terkandung di dalam benda-benda itu dalam sistem nilai dan norma. (Tim Direktorat Museum). Sayangnya, walaupun museum mempunyai arti yang sangat penting, kunjungan masyarakat ke museum belum menggembirakan, hanya 2 persen dari jumlah penduduk per tahun. Menurut Direktur Ullen Sentalu Museum, KRT Thomas Haryonagoro kesan museum di masyarakat selama ini adalah tidak atraktif, tidak aspiratif, tidak menghibur.

Keberadaan museum belum mampu menunjukkan nilai-nilai koleksi yang tersimpan kepada publik.(Yurnaidi, 2009) Makalah ini menyajikan tentang pameran tematik sebagai sarana untuk meningkatkan daya tarik museum sebagai destinasi wisata edukasi. Adapun yang dimaksud pameran tematik disini adalah pameran yang diadakan di luar pameran rutin harian museum, dengan tema khusus atau pada waktu tertentu. Tema pameran bisa sangat bervariasi sesuai dengan spesifikasi masing-masing museum, karena masing-masing museum mempunyai ciri khas dan keistimewaan tersendiri. Dengan adanya pameran tematik diharapkan minat masyarakat untuk berkunjung ke museum semakin tinggi dengan demikian warisan budaya yang diciptakan pada masa lampau tidak terlupakan.

Thematic Exhibition: An Instrument to Increase Museum’s
Attractiveness as Educational Tourism Destinations


Abstract

Museum was founded with the aim of preserving cultural heritage, not only the physical objects of cultural heritage, but also preserving the meaning contained in the objects in the system of values and norms (Directorate of Museum’s Team). Unfortunately, although the museum has a very important sense, community visiting museums needs to be encouraged, since the number figures only 2% of the population per year. According to KRT Thomas Haryonagoro, Ullen Sentalu’s Museum Director, museum has not yet impressed public since museum is labeled as not attractive, not aspiring, nor entertaining. The existence of the museum has not been able to demonstrate the values of the collections to the public. (Yurnaidi, 2009).

This paper presents the thematic exhibitions as a means to increase the attractiveness of the museum as an educational tourism destination. The thematic exhibition here refers to the exhibition that was held outside the daily routine Museum’s displays, but an exhibition with specific theme or at a certain time. The theme of the exhibition can vary greatly according to the specifications of each museum, as each museum has a characteristic and distinctive. With the thematic exhibition is expected to interest public to visit the museum thus the cultural heritage created in the past will not be forgotten.


PENDAHULUAN

Warisan budaya dan peradaban setiap negara membuka jendela kehidupan tentang spirit, etos, kreativitas, adat, istiadat dan sejarah berbagai bangsa dunia. Mengenal warisan budaya dan peradaban setiap negara dan menyerap pengalaman para pendahulu merupakan jalan untuk meretas masa depan yang lebih gemilang. Museum sebagai tempat penyimpanan benda-benda bersejarah dari budaya dan peradaban etnis masa lalu membuka kesempatan untuk mengenal peradaban dan budaya orang-orang terdahulu dari generasi ke generasi (Anonim, 2011).

Benda-benda yang disimpan di museum merupakan perjalanan sejarah selama ribuan tahun hingga kini. Dengan demikian, museum dewasa ini menunjukkan parameter pembangunan sebuah bangsa dan negara. Artinya, keberadaan museum di sebuah negara sebagai salah satu parameter pembangunan negara itu dibandingkan negara lainnya. Semakin tinggi kualitas dan kuantitas museum sebuah negara, maka indeks pembangunan di negara itu semakin meningkat (Anonim, 2011)

Museum di Indonesia didirikan dengan tujuan untuk menciptakan kelembagaan yang melakukan pelestarian warisan budaya dalam arti yang luas, artinya bukan hanya melestarikan fisik benda-benda warisan budaya, tetapi juga melestarikan makna yang terkandung di dalam benda-benda itu dalam sistem nilai dan norma. Dengan demikian warisan budaya yang diciptakan pada masa lampau tidak terlupakan, sehingga dapat memperkenalkan akar kebudayaan nasional yang digunakan dalam menyusun kebudayaan nasional. Museum sangat berperan dalam pengembangan kebudayaan nasional, terutama dalam pendidikan nasional, karena museum menyediakan sumber informasi yang meliputi segala aspek kebudayaan dan lingkungan. Museum menyediakan berbagai macam sumber inspirasi bagi kreativitas yang inovatif yang dibutuhkan dalam pembangunan nasional. Namun museum harus tetap memberikan nuansa rekreatif bagi pengunjungnya. Sebagai lembaga pelestari budaya bangsa, museum harus berazaskan pelayanan terhadap masyarakat. Program-program museum yang inovatif dan kreatif dapat meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap museum (Tim Direktorat Museum).

Selama ini museum belum menjadi tempat tujuan utama bagi kalangan generasi muda. Masih banyak kalangan generasi muda kita yang enggan untuk berjunjung ke museum karena kesannya yang tidak menarik dan membosankan. Kebanyakan dari mereka lebih memilih untuk pergi ke pusat-pusat perbelanjaan atau pusat keramaian lain sebagai tempat bersenang-senang. Hal ini sungguh memprihatinkan, karena bila hal ini tidak diperbaiki di khawatirkan nilai-nilai agung budaya warisan nenek moyang kita lama kelamaan akan terlupakan.


PEMBAHASAN

a. Minat Masyarakat Untuk Berkunjung Ke Museum Masih Kurang
Kunjungan masyarakat ke museum yang tersebar di berbagai kota belum menggembirakan, hanya 2 persen dari jumlah penduduk per tahun. Karena itu, dicanangkannya Tahun Kunjungan Museum 2010, perlu dibuat berbagai terobosan. Museum harus tampil beda, muncul dengan new brand (Yurnaldi, 2009).

Direktur Ullen Sentalu Museum, KRT Thomas Haryonagoro mengatakan, kesan museum di masyarakat selama ini adalah tidak atraktif, tidak aspiratif, tidak menghibur, dan pengelolaan seadanya. Keberadaan museum belum mampu menunjukkan nilai-nilai koleksi yang ters impan kepada publik. Kondisi sumberdaya manusia di museum pun memprihatinkan. Edukator (programmer) kurang profesional, kehumasan (public relation) lemah, kurang aktif. Pemasaran stagnan, ungkapnya (Yurnaldi, 2009).

Kondisi ini diperparah pula dengan penyelenggara pariwisata yang kurang berpihak kepada museum. Museum dinilai belum sebagai destinasi yang potensial. Otonomi daerah pun menghambat konsolidasi pusat-daerah (Yurnaldi, 2009).

Thomas Haryonagoro berpendapat, pengelola museum ke depan harus berupaya bagaimana menjadikan museum sebagai rumah memelihara pikiran-pikiran yang tetap hidup daripada sekadar kuburan barang rongsokan. Hanya dengan demikian, museum dapat menjadi tempat belajar dan pencerahan bagi manusia, sekaligus tempat menyenangkan (Yurnaldi, 2009).

Museum adalah juga pusat industri budaya, tempat kontemplasi yang inspirasional pemicu munculnya karya kreatif. Museum itu sendiri menjadi bagian dari industri kreatif. Perlu muncul new brand, sebuah inisiatif yang bertujuan pada peningkatan awareness masyarakat terhadap museum. Bagaimana mengemas potensi museum secara menarik, atraktif, dan kekinian, jelasnya. Bahkan, berangkat dari kesadaran bahwa pengalaman sejarah maupun artefak yang tersimpan di museum dapat dipelajari begaram hal, untuk diambil nilai-nilainya yang positif bagi kehidupan masa kini, maka positioning museum juga sebagai inspirator dan motivator bagi masyarakat untuk mengambil hal-hal yang bernilai dari masa lalu yang dimanfaatkan pada masa kini (Yurnaldi, 2009).

Data dari Direktorat Permuseuman Departemen Kebudayaan dan Pariwisata jumlah museum di seluruh Indonesia sekarang ini mencapai 269 buah. Dari jumlah tersebut, 176 museum dikelola oleh kementerian atau pemerintah daerah, 7 museum dikelola oleh unit pelaksana teknis Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, serta 86 museum dikelola oleh pihak swasta. Dari segi jumlah kunjungan, dalam rentang beberapa tahun terakhir, jumlah kunjungan masyarakat Indonesia ke museum tampak terus mengalami penurunan.Tahun 2006, angka kunjungan total masyarakat Indonesia ke museum adalah 4.561.165 kunjungan. Pada tahun 2007, jumlah ini menurun menjadi 4.204.321 kunjungan dan menurun lagi di tahun 2008 menjadi 4.174.020 kunjungan.Jika tidak dilakukan langkah-langkah berarti, bisa jadi tingkat kunjungan masyarakat kita ke museum akan terus menurun. artinya, museum akan semakin tidak dilirik orang dan bahkan mungkin akhirnya dilupakan.Sesungguhnya banyak hal yang bisa dilakukan agar museum tidak kehilangan pamor sekaligus menarik minat masyarakat untuk terus mengunjungi. Selain dengan menambah dan memperbarui koleksi-koleksinya, salah satu yang bisa dilakukan untuk menyedot minat pengunjung adalah dengan cara menggelar berbagai kegiatan menarik, seperti pentas seni, seminar, konferensi hingga pertunjukan musik remaja, yang berpusat di museum. Agenda kegiatan yang digelar di museum ini harus berkesinambungan dan berlangsung sepanjang tahun, bukan cuma temporer dan musiman (Fitriasarah, 2010).

b. Pameran Tematik: Sarana Untuk meningkatkan Daya Tarik Museum Sebagai Destinasi Wisata Edukasi
Selain penyelenggaraan kegiatan lain di luar pameran seperti konferensi dan pertunjukan musik, pelaksanaan pameran sendiri juga harus dikemas semenarik mungkin sehingga kesan membosankan museum dapat hilang, sekaligus pengunjung dapat belajar dari koleksi museum dengan lebih menyenangkan. Disamping pameran koleksi rutin setiap harinya, akan lebih menyenangkan bila pihak museum juga menyelenggarakan pameran-pameran khusus dengan tema yang populer sehingga lebih menarik masyarakat untuk berkunjung. Tema yang diangkat dipilih berdasarkan pangsa pasar utama yang dituju. Untuk kalangan pelajar setingkat sekolah lanjutan tema yang perlu diangkat tentu agak berbeda dengan masyarakat umum misalnya, karena kalangan pelajar biasanya lebih kritis sehingga pameran perlu dibuat lebih menarik dan memancing imajinasi mereka untuk bertanya. Pameran bisa diselenggarakan dengan memanfaatkan momen tertentu yang familiar dengan remaja seperti misalnya hari valentine, dengan tema pameran yang menarik sehingga tidak membosankan bagi remaja. Pameran tematik bisa dilaksanakan di museum maupun di luar museum. Lokasi pameran yang diselenggarakan di luar museum bisa dilakukan di tempat umum yang banyak dikunjungi masyarakat seperti alun-alun, pusat perbelanjaan atau sekolah-sekolah. Pada pameran ini, koleksi yang dipamerkan sebaiknya replika. Bila memungkinkan untuk membawa koleksi asli, pengamanan koleksi harus diperhatikan, menyangkut keamanan di lokasi pameran maupun pengangkutan sehingga resiko koleksi hilang/rusak bisa ditekan seminimal mungkin.

Bila memungkinkan, pameran dengan tema yang berubah-ubah dapat diselenggarakan di dalam museum itu sendiri. Untuk itu, selain ruang koleksi utama, patut dipertimbangkan untuk menyediakan ruangan khusus untuk pameran tematik, misalnya untuk memamerkan koleksi terbaru yang dimiliki oleh museum, terutama untuk museum yang masih bisa menambah koleksinya.

Disamping remaja, kalangan yang sangat perlu ditingkatkan minatnya untuk berkunjung ke museum adalah anak-anak. Anak-anak akan mendapat akan pengalaman di museum dengan bertambahnya pengetahuan yang diperoleh di lingkungan pendidikan formal di sekolah. Untuk menunjang ke arah itu, maka museum harus menekankan pada aspek keunikan materi koleksi yang di milikinya. Oleh sebab itu, fokus dari proses pembelajaran anak adalah pada koleksi beserta informasinya (Arbi, 2002).

Para ahli menetapkan ada 3 lingkup pembelajaran di museum yaitu:

  • Kognitif (berpikir)
  • Afektif (emosi)
  • Motor (keterampilan fisik)

Dalam membuat program interpretasi di museum, khususnya untuk anak-anak, harus mempertimbangkan ketiga aspek tersebut. Penyajian informasi maupun pembimbingan yang dilakukan harus mampu merangsang anak untuk bertanya dan secara aktif mencari jawaban-jawabannya sendiri. Aktifitas terutama berpusat pada diskusi dan teknik penjelajahan yang dipandu (guided discovery) dapat diterapkan pada beberapa kelompok usia dan secara efektif dapat mendorong anak-anak untuk belajar melalui benda (Arbi, 2002).

c. Perlunya Kerjasama Dengan Pihak di Luar Museum
Hal yang bisa dilakukan pengelola museum untuk menggaet wisatawan untuk berkunjung adalah dengan menggalang kerja sama dengan agen wisata. Pihak pengelola museum dan agen wisata dapat merancang paket wisata khusus ke museum termasuk berbagai atraksi yang akan digelar di museum, sekaligus menjadikan kunjungan ke museum sebagai salah satu daftar agenda kunjungan para wisatawan. Memperpanjang waktu buka museum dan memungkinkan para pengunjung masuk ke museum secara gratis juga dapat dilakukan untuk menarik minat masyarakat berkunjung ke museum. Khusus untuk masuk museum secara gratis, tentu hanya diberlakukan pada momen-momen tertentu, tidak setiap hari. Contohnya, pada saat peringatan Hari Kemerdekaan atau peringatan Hari Museum Internasional.Menurunnya kunjungan masyarakat ke museum antara lain disebabkan pula oleh kurangnya promosi dan pemasaran dari para pengelola museum. kebanyakan pengelola museum dinilai pasif dalam memasarkan museum yang dikelolanya. Saat ini banyak sarana yang bisa dimanfaatkan untuk melakukan promosi dan pemasaran menyangkut koleksi dan aktivitas museum. Dari pihak pengelola museum, misalnya, bisa bekerja sama dengan media agar secara berkala memuat agenda acara yang ada di berbagai museum. Dengan demikian, masyarakat mengetahui secara persis koleksi museum, jam buka dan tutup museum berikut berbagai agenda acara yang ada di museum (Fitriasarah, 2010).

Hal lain yang dapat dilakukan pengelola museum adalah merangkul komunitas-komunitas yang ada di masyarakat. Sebagaimana diketahui, terdapat banyak sekali komunitas di masyarakat ini. Dengan mempertimbangkan bidang minat yang mereka tekuni, berbagai komunitas di masyarakat ini bisa dirangkul dan menjadi bagian penting dalam upaya promosi dan pemasaran museum. Dengan pesatnya kemajuan teknologi informasi komunikasi saat ini, pengelola museum sesungguhnya dapat dengan mudah melakukan promosi dan pemasaran melalui dunia maya sehingga koleksi dan aktivitas museum pun dapat dikenal secara lebih luas.Tujuannya agar masyarakat ke depannya tidak hanya menunggu acara seremonial ke museum, namun dapat datang kapan saja, sepanjang tahun. Sudah saatnya masyarakat umum yang menjadi sasaran pendidikan nonformal museum untuk tidak terpaku lagi dengan acara khusus yang dilaksanakan museum, namun masyarakat dapat kapanpun mengunjungi museum. Kunjungan wisatawan mancanegara ( Wisman ) ke Indonesia masih sangat rendah, jauh dibandingkan Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam yang sudah banyak wisatawan yang berwisata ke negera tetangga. Rendahnya wisatawan berkunjung ke Indonesia karena promosi yang kurang gencar, akibat dana promosi kita masih kecil dan sangat terbatas. Dengan melakukan promosi horisontal itu melalui pendekatan komunitas di Indonesia, Dimana secara aktif mereka menggelar kegiatan MICE (Meeting, Incentive, Convention & Exhibition) di antaranya pertemuan dihadiri anggota – anggota dari mancanegara (Fitriasarah, 2010).


PENUTUP

Museum di Indonesia didirikan dengan tujuan untuk menciptakan kelembagaan yang melakukan pelestarian warisan budaya dalam arti yang luas, artinya bukan hanya melestarikan fisik benda-benda warisan budaya, tetapi juga melestarikan makna yang terkandung di dalam benda-benda itu dalam sistem nilai dan norma. Namun museum harus tetap memberikan nuansa rekreatif bagi pengunjungnya. Sebagai lembaga pelestari budaya bangsa, museum harus berazaskan pelayanan terhadap masyarakat. Program-program museum yang inovatif dan kreatif dapat meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap museum. (Tim Direktorat Museum). Meningkatnya apresiasi masyarakat salah satunya tercermin dari tingginya tingkat kunjungan masyarakat ke museum. Dengan demikian warisan budaya yang diciptakan pada masa lampau tidak terlupakan, sehingga dapat memperkenalkan akar kebudayaan nasional yang digunakan dalam menyusun kebudayaan nasional.

Pameran tematik merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan daya tarik museum sebagai destinasi wisata edukasi. Adapun yang dimaksud pameran tematik disini adalah pameran yang diadakan di luar pameran rutin harian museum, dengan tema khusus atau pada waktu tertentu. Tema pameran bisa sangat bervariasi sesuai dengan spesifikasi masing-masing museum, karena masing-masing museum mempunyai ciri khas dan keistimewaan tersendiri. Dengan adanya pameran tematik diharapkan minat masyarakat untuk berkunjung ke museum semakin tinggi dengan demikian warisan budaya yang diciptakan pada masa lampau tidak terlupakan.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Hari Museum sedunia. Tuesday, 17 May 2011. http://indonesian.irib.ir [2 Agustus 2011]

Anonim. 1994. Buku Pinter Tentang Permuseuman. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Jakarta.

Arbi, Y. 2002. Museum Dan Pendidikan. Kementerian Kebudayaan Dan Pariwisata. Jakarta.

Fitriasarah.2010. Pendapat Visit Museum Year 2010-2014. http://fitrisarah.wordpress.com/2010/04/26/pendapat-visit-museum-year-2010-2014/ [2 Agustus 2011]

Wawan. 2008. Museum Sebagai Lembaga Pelestari Warisan Budaya. http://www.facebook.com/topic.php?uid=56583952447&topic=7676 [2 Agustus 2011]

Yurnaldi. 2009. Tahun Kunjungan Museum 2010, Munculkan New Brand. http://www.kompas.com [10 Agustus, 2011]

*MAKALAH PIA 2011