Oleh: Defri Elias Simatupang
Balai Arkeologi Medan

Who haven’t know about internet ? Todays, there are almost people in this world know it and have been used it. Internet for browsing websites as information source and communication in global computers networking. This writing wants to discuss how important website as a publishing media in Indonesia government offices for archaeological researches.


I Pendahuluan

Masa kini, bukan hal yang langka melihat seseorang sedang bermain internet. Orang bermain internet karena mereka memiliki tujuan yang umum dilakukan saat bermain internet, seperti : mencari berita / data (browsing) dari berbagai situs internet (website), dan berkomunikasi dengan orang lain (chatting, kirim e-mail, netmeeting, dll). Interconnected Network atau yang lebih populer dengan sebutan internet adalah sebuah sistem komunikasi global yang menghubungkan antar komputer dalam sebuah jaringan komputer di seluruh dunia. Setiap komputer dalam jaringan masing-masing saling terhubung (secara langsung maupun tidak langsung), ke jalur-jalur utama yang masing-masing dibedakan melalui penggunaan nama yang tidak sama yang disebut internet backbone dan dibedakan satu dengan yang lainnya menggunakan unique name yang biasa disebut dengan alamat IP 32 bit. Semuanya telah diatur oleh yang namanya protokol, yaitu suatu tata cara / aturan yang disepakati oleh semua pihak (antar jaringan) untuk melakukan berbagai pelayanan bagi para pengguna internet (Sutiyadi M, 2003).

Pemanfaatan internet telah mendunia dan berdampak terhadap gejala transformasi budaya global. Gejala yang dimaksud seperti fenomena gaya hidup masa kini yang semakin berbasis internet. Tulisan ini mencoba melihat sejauh mana kalangan peneliti arkeologi yang bekerja dalam instansi-instansi pemerintah bidang penelitian arkeologi (Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional disingkat Puslitbang Arkenas, dan Balai Arkeologi disingkat BALAR), memanfaatkan internet sebagai bagian dari gaya hidup pekerjaan mereka. Apakah instansi-instansi tersebut telah mendayagunakan internet secara maksimal, kadang-kadang, atau bahkan belum sama sekali ? Hasil pengamatan sebenarnya dapat dijadikan salah-satu parameter melihat kinerja masing-masing instansi dalam tugas / kewajibannya memasyarakatkan berita penelitian arkeologi. Karena pada dasarnya, seluruh kegiatan penelitian arkeologi oleh tiap instansi tersebut, dibiayai oleh masyarakat melalui pajak yang dibayarkan kepada negara. Maka sewajarnya para arkeolog yang bekerja di instansi-instansi pemerintah tersebut seharusnya benar-benar “mempertanggung-jawabkan” apa yang selama ini telah dikerjakannya kepada publik secara langsung. Dengan kata lain, masyarakat atau publik berhak menuntut para arkeolog tersebut menginformasikan apa yang telah dikerjakannya, dan manfaat apa yang mereka dapatkan terhadap hasil penelitan tersebut (Prasodjo T, 2004).


II Manfaat website Bagi Instansi Pemerintah Bidang Penelitian Arkeologi

Website (biasa juga disingkat web) adalah sebuah system layanan informasi dalam dunia internet yang selalu memakai alamat berawalan www (singkatan dari wold wide web). Website terdiri dari kumpulan halaman milik seseorang atau komunitas yang dikumpulkan dan diletakkan dalam sebuah situs web (Yuhefizar, 2003). Dengan adanya website, publik diperkenalkan dengan teknologi internet yang dimanfaatkan terutama dari sisi keunggulannya. Nilai lebih (keunggulan) website dibandingkan media lain terletak pada kemampuannya menekan biaya, dengan cara mengkoordinasikan pengelolaan pekerjaan dari berbagai tempat diseluruh dunia melalui dunia maya (internet) (Faris Mahdi, 2003). Dengan menyediakan jaringan berbiaya rendah, seseorang mampu mendapatkan informasi dari alamat berbagai website dalam suatu jaringan internet antar komputer. Kemampuan website berinteraksi melalui penampilan teks, suara, gambar, dan video (multimedia) pada tiap halaman website secara lebih menarik tidak mampu disediakan oleh media tradisional berbasis kertas (karena rentan mengalami kerusakan).

Ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh instansi pemerintah bidang penelitian arkeologi dengan memiliki website, antara lain : 1.Sebagai media menginformasikan profil masing-masing instansi agar semakin dikenal, hingga memiliki “nilai jual” di mata masyarakat global, 2.Sebagai media untuk saling menginformasikan berbagai data / berita penelitian antar instansi maupun masing-masing instansi dengan pihak luar (eksternal) melaui surat elektronik (e-mail), 3. Sebagai media untuk mengembangkan database berbagai data-data penelitian berskala nasional untuk selalu bersama-sama diperbaharui menggunakan forum resmi dalam berdiskusi antara arkeolog : arkeolog dengan instansi pemerintah lainnya, dan arkeolog dengan masyarakat / LSM.

Oleh karena beberapa manfaat tersebut, Puslitbang Arkenas dan seluruh BALAR se Indonesia, sudah sewajarnya memiliki masing-masing website resmi sebagai media pempublikasian yang paling efektif. Namun kenyataannya publikasi Berita Penelitian Arkeologi sebagai salah satu tahapan dalam siklus penelitian arkeologi, sering terabaikan. Mestinya publikasi dilakukan secara luas, terperencana dalam pengupdaten kemajuan hasil penelitiannya, sehingga masyarakat terus dapat mengetahui dan mengikuti perkembangan berita hasil penelitian arkeologi tersebut. Maka dengan adanya website pada masing-masing instansi, tahapan pempublikasian berita penelitan arkeologi akan semakin mudah, murah, dan cepat sampai kepada masyarkat luas. Pada akhirnya, masyarakat global akan semakin mudah mendapatkan publikasi langsung kapan dan dimana saja melalui komputer mereka yang tersambung dengan internet.


III Website resmi di setiap instansi penelitian arkeologi seluruh Indonesia

III.1. Konsep ideal isi website sebuah instansi penelitian arkeologi
Pada masa terkini, membuat sebuah website bukan pekerjaan yang sulit. Berbeda dengan sebelum tahun 2000, betapa sulitnya membangun sebuah website sederhana karena harus mempelajari banyak hal seperti kode-kode HTML, Java Script, Applet, dsb. Hasilnyapun hanya berupa website statis. Sekarang cukup dengan menggunakan sebuah perangkat editor khusus seperti Microsoft Frontpage, Macromedia Dreamweaver, Fireworks, dsb, kita dapat membuat sebuah website lengkap (Ahmad L, 2005). Membuat sebuah website hasil penelitian arkeologi yang menarik, harus memahami siapa yang memanfaatkannya. Hal ini dapat dikaitkan dengan pemanfaatan hasil penelitian arkeologi itu sendiri bagi masyarakat umum. Secara garis besar, hasil penelitian tersebut dapat dimanfaatkan sebagai : 1. Alat untuk memberikan pengetahuan tentang kehidupan masa lampau, 2. Alat untuk penumbuh jati diri melalui hasil rekonstruksi sejarah budaya suatu bangsa atau komunitas tertentu, 3. Alat untuk penghibur melalui film-film arkeologis populer, novel, dsb (yang dilandasi atau diilhami oleh penelitian arkeologi), dan 4. Alat untuk menghidupkan objek wisata melalui lokasi-lokasi situs penelitian (Prasodjo :2006).

Dari keempat manfaat tersebut, sebenarnya telah dapat diperkirakan siapa saja pihak (masyarakat global) yang nantinya dapat melihat dan memanfaatkan website resmi yang ada disetiap instansi penelitian arkeologi di Indonesia. Adapun pihak-pihak yang diperkirakan tersebut, antara lain : 1. Masyarakat umum yang memiliki ketertarikan khusus terhadap hasil penelitian arkeologi (termasuk LSM), 2.Instansi pemerintah lain baik instansi pusat maupun daerah, 3. Para peneliti dalam dan luar negeri (baik ilmu arkeologi, maupun ilmu lain), dsb. Fenomena dewasa ini, masyarakat semakin sadar akan makna penting kekayaaan sumber daya arkeologi Indonesia bagi kehidupannya. Dapat dilihat dengan mulai semakin eksis masyarakat dalam bentuk LSM yang konsen terhadap warisan kebudayaan Bangsa Indonesia. Adapun berbagai instansi pemerintah baik pusat maupun daerah, juga semakin sering membutuhkan data-data hasil penelitian arkeologi pada wilayah kerjanya masing-masing. Biasanya data-data itu digunakan dalam kepentingan instansi di bidang pengelolahan dan pengembangan pariwisata di lokasi situs penelitian arkeologi. Sedangkan para peneliti intermultidipliner dari dalam ataupun dari luar negeri, dapat memanfaatkan data tersebut untuk penelitian lanjutan yang bersifat pendalaman, pengembangan, dan pemanfaatan.

Dari berbagai kepentingan diatas yang diperkirakan akan mengakses website resmi yang ada disetiap instansi penelitian arkeologi di Indonesia, maka kelengkapan sebagai isi utama website di setiap instansi penelitan arkeologi sangat penting dipersiapkan secara matang. Isi website harus menjadi wadah yang tepat dalam menyediakan berbagai informasi tentang hasil penelitan arkeologi agar publik merasa semakin dekat dengan penelitian itu sendiri. Banyak pengelola website (webmaster) mengeluh, kenapa tidak banyak orang yang mengunjungi website mereka. Sebenarnya ada beberapa faktor yang membuat itu terjadi. Faktor utama adalah karena minimnya pengetahuan tentang teknik mempromosikan website yang seharusnya dilakukan. Biasanya dalam benak mereka, teknik mempromosikan website adalah dengan memasukkan kata kunci untuk website kedalam mesin pencari (search engine seperti google) didunia internet. Karena bukan menjadi hal aneh, orang menggunakan situs google untuk mencari sebuah berita, dalam hal ini tentang hasil penelitian arkeologi di suatu tempat.

Usaha yang dilakukan para webmaster itu memang benar, namun seharusnya tidak hanya itu saja. Ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi, yaitu : faktor tampilan website (design web) harus kelihatan menarik dan sesuai dengan tujuan website dibangun, faktor navigasi (kegiatan menjelajahi seluruh isi yang tersedia pada sebuah website) yang mudah dan tidak membingungkan ketika menjelajahi isi website. Disamping itu, faktor kecepatan mengakses website merupakan hal yang harus diperhatikan. Jika sebuah website memiliki kecepatan akses yang lama, bukan tidak mustahil pengunjung akan merasa tidak betah, dan segera meninggalkan website. Dan terakhir isi website hendaknya dipantau setiap hari demi menjaga dari gangguan-gangguan bersifat teknis. Kemudian secara berkala, isi website harus diperbaharui baik isi maupun tampilannya, agar tidak membosankan, namun mempertahankan struktur yang jelas dalam kemudahan navigasi.

III.2. Sistem koordinasi website Puslitbang Arkenas dengan website BALAR
Melihat manfaat dari website itu sendiri, maka sudah selayaknya setiap instansi penelitian arkeologi sebaiknya memiliki website masing-masing. Memang saat ini sudah semakin banyak instansi yang telah memiliki website. Dari sebelas instansi pemerintah bidang penelitian arkeologi di Indonesia, ada empat instansi yang telah memiliki website sendiri (hingga sampai tulisan ini dibuat). Adapun keempat instansi tersebut adalah : Balai Arkeologi Medan (http://www.balarmedan.com), Balai Arkeologi Palembang (http://www.arkeologi.palembang.co.id),Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional (http://www.indoarchaeology.com), dan Balai Arkeologi Banjarmasin (http://www.archaeology-borneo.blogspot.com/) yang masih dalam bentuk blog (website yang berada dalam sebuah website induk). Sedangkan pencarian berbagai website diluar instansi tersebut, yang konsen terhadap ilmu arkeologi itu sendiri, telah dijumpai cukup banyak di Indonsia. Seperti dari pihak akademisi, LSM, individu, dan berbagai website media massa yang konsen memberitakan hasil-hasil penelitian arkeologi). Hal ini seharusnya merupakan angin segar untuk memacu setiap instansi penelitian arkeologi untuk segera membangun dan mengelola website masing-masing.

Dari keempat instansi yang telah memiliki website tersebut, sebagian besar situs website tersebut (menurut pandangan penulis), belum mampu memberikan manfaat yang maksimal. Kebanyakan hanya bersifat informatif namun kurang komunikatif. Isi sebuah sebuah website yang komunikatif seharusnya bisa membawa para penjelajah situs internet (netter) menikmatinya sehingga ikut pro aktif dalam menanggapi hasil penelitian tersebut melalui fasilitas mailing list atau forum online yang telah tersedia sebagai salah satu isi website. Menurut pendapat pribadi penulis, website masing-masing instansi bidang penelitian arkeologi perlu disepakati bersama, adanya sebuah bagian yang sama menyangkut isi website. Mungkin semacam forum diskusi online terjadwal antar peneliti dibidang kajian yang sama. Kemudian ada fasilitas website yang berfungsi mengirimkan data-data penelitian masing-masing secara tersistem dengan baik. Memang sebenarnya masih banyak hal yang bisa dibahas sebagai sebuah kesepakatan bersama. Tentunya hal ini baru bisa dibicarakan, seandainya semua instansi penelitian bidang arkeologi telah memiliki masing-masing website resmi dan dibuat sebuah kesepakatan kerja sama.

Bagi instansi yang belum memiliki website, ada beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk mulai membangun dan mengembangkan website. Pertama, website dapat dibangun dan dikembangkan sendiri sesuai dengan kebutuhan oleh tenaga SDM yang ada di instansi. Kedua, dengan menjalin kerjasama dengan penyedia jasa pembuatan website untuk proses pembuatannya. Sedangkan untuk kegiatan pengelolahan dan pemeliharaan website, dapat di kelola sendiri oleh tenaga SDM yang ada dikantor. Apabila memang tidak ada tenaga SDM yang menguasai pembuatan dan pengelolaan website, dapat menyerahkan sepenuhnya dalam pembuatan dan pengelolaan kepada penyedia jasa pembuatan website. Setelah website jadi, sebaiknya kemampuan tenaga SDM tersebut ditingkatkan dengan mengikutkan kursus / diklat internet dan pembuatan website).

Semua hal yang dijelaskan diatas, memang masih bersifat wacana. Hal ini dapat dimaklumi masih banyak dijumpai keterbatasan sarana / prasarana maupun skill pada sebagian tenaga SDM dibidang komputer dan jaringan internet di masing-masing intansi penelitian arkeologi. Bahkan mungkin internet masih menjadi barang asing bagi sebagian intansi. Hal ini dapat menjadi penghambat, belum termasuk menyangkut kebijakan masing-masing pimpinan instansi arkeologi yang berbeda-beda dalam melihat sejauh mana pentingnya sebuah website dalam kegiatan pempublikasian berita penelitian arkeologi. Cepat atau lambat, kebutuhan akan website bagi setiap instansi penelitian arkeologi di seluruh Indonesia diyakini suatu saat pasti akan terjadi, karena internet memang semakin mudah, murah, dan cepat.

Selanjutnya apabila kesebelas intansi penelitian arkeologi tersebut, masing-masing pada akhirnya telah memiliki website resmi, maka perlu dipikirkan langkah-langkah pemanfaatan website secara lebih efektif dan bermanfaat bagi publik. Bila ditinjau dari manfaat website itu sendiri, perlu dibuat semacam sistem koordinasi antara masing-masing website tersebut. Website Pulitbang Arkenas mungkin harusnya menjadi semacam koordinator diantara kesepuluh website balar lainya. Karena sebagai instansi pusat, merekalah yang paling pantas dan seharusnya berkewajiban “menggandeng” seluruh BALAR dalam pempublikasikan secara resmi hasil penelitian arkeologi berskala nasional kepada seluruh dunia melalui website resmi. Puslitbang Arkenas mendapatkan berbagai data-data peneltian dari seluruh instansi BALAR, kemudian meramunya menjadi satu atas kategori sub bidang penelitian arkeologi (Prasejarah, Hindu-Budha, Islam, Kolonial, dsb) sehingga layak dijadikan sebuah hasil penelitian berskala nasional, sementara itu hasil penelitian BALAR juga di publish melalui website masing-masing dengan target yang berbeda tentunya (lihat pada gambar bagan yang terlampir ).


IV Penutup: kesimpulan dan saran

Publikasi hasil penelitian arkeologi merupakan bagian tupoksi dari setiap instansi penelitian arkeologi di Indonesia. Instansi penelitian arkeologi harus memainkan perannya sebagai mediator dalam memasyarakatkan aspek nilai sumber daya budaya melalui sosialiasi hasil penelitian dan informasi arkeologi kepada masyarakat (publik). Untuk memfasilitasi upaya tersebut, instansi penelitian arkeologi dapat memanfaatkan berbagai media publikasi. Ada banyak media yang telah digunakan, namun media internet masih belum maksimal dimanfaatkan. Padahal dilihat dari sisi efektifitas, kemudahan dan jangkauan publikasinya, internet (website) memiliki keunggulan dibandingkan media yang lain. Hal ini perlu dipertimbangkan (meskipun masih sebatas wacana), demi meningkatkan pengabdian kepada masyarakat melalui berita hasil peneltian arkeologi.


V Daftar Pustaka

Ahmad Lutfie, “Mudah Membuat Website dengan Aura CMS”, Penerbit Andi Yogyakarta, 2005

Faris Mahdi, “Peghantar Manajemen operasi berbasis WEB”, http://www.Ilmu Komputer.com, 11 Oktober 2006

Sutiyadi Muhammad, “Pengenalan Internet”, http://www.Ilmu Komputer.com, 11 Oktober 2006

Tjahjono Prasodjo, “Arkeologi Publik”: Disampaikan dalam Pelatihan pengelolaan sumberdaya Arkeologi tingkat dasar, Trowulan – Mojokerto, 2004

Tjahjono Prasodjo, “Arkeologi Publik”: Disampaikan dalam Pelatihan pengelolaan sumberdaya Arkeologi tingkat dasar, Yogyakarta, 2006

Yuhefizar, “Tutorial windows dan internet”, http://www.Ilmu Komputer.com, 11 Oktober 2006


gbr. Bagan koordinasi tersistem antar website instansi penelitian arkeologi dalam
kegiatan pempublikasian berita penelitian arkeologi di duna maya (internet)